Senin, 27 Februari 2012

Apa yang harus aku lakukan setelah anak ku terdiagnosis Autisme??

Masuk di sekolah tempat mengajar yang baru tahun 2001 di Jakarta Utara. Mereka terlihat aneh dimata saya, "Hai.. ' sapa saya sambil tersenyum pada anak usia 13 tahun. "Rizky namanya" kata kepala sekolah , anak yang saya tegur hanya melirik cuek dan tidak mengucap sepatah kata pun dan diapun kembali pada aktifitasnya. "kok, dicuekin??" saya tegur lagi yang lain dari 20 anak yang saya lihat dan tegur 10 anak memiliki ciri yang sama dengan Rizky sisanya sebagian memiliki wajah yang sama Mongoloid Face yang ternyata 2 tahun belajar adalah mereka  Downsydrome dan yang lain berlari-larian, impulsive, berteriak-teriak, tantrum dan lain sebagainya yang menurut saya Aneh saat itu. Tapi, saya tidak bahas semua ciri diatas yang adalah bagian dari ABK (anak Berkebutuhan Khusus). Saat ini saya akan membahas tentang AUTISME dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami agar orang awam tidak asing dengan istilah ini. 


AUTIS atau AUTISME adalah salah satu dari 5 tipe gangguan perkembangan perpasive atau PDD (Perpasive Developmental Disorders), yang ditandai dengan abnormalitas pada domain interaksi sosial dan komunikasi. 
Sementara cakupan dari kelima tipe PDD tersebut adalah:

  1. AUTISME
  2. Sindrome Asperger
  3. Gangguan Disintegrasi Masa Kanak-kanak
  4. Sindrom Rett
  5. Pervasive Development Disorder - Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Bersama dengan Autisme, Sindrome Asperger, dan PDD - NOS mereka biasa disebut sebagai gangguan spectrum Autis, ASD (Autism Spectrum Disorders) atau gangguan Autistik.

Sementara Autisme itu sendiri seringkali disebut sebagai: gangguan Autisme, autisme masa kanak-kanak, atau autisme Infantil

AUTISME


Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun. 
Penyebab autisme
 adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.

Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.

Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar-putar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya.
Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang mereka menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas.
Selain berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga berbeda-beda, dari sangat ringan sampai sangat berat.
Oleh karena banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut di antara masing-masing individu, maka saat ini gangguan perkembangan ini lebih sering dikenal sebagai Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).
Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Tidak semua individu ASD/GSA memiliki IQ yang rendah. Sebagian dari mereka dapat mencapai pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika, menggambar).
Apa yang harus aku lakukan setelah anak ku terdiagnosis Autisme??
Mungkin saja kita merasa terkejut, panik dan tidak terima pada saat pertama kali mengetahui bahwa anak kita mengidap Autisme
Tetapi, Lebih baik mengetahui apa yang sedang kita hadapi, sehingga langkah-langkah untuk mengatasinya pun menjadi lebih mudah dan terarah. 
  1. Jangan Panik
  2. HARUS Mencintai anak kita dengan tulus dan apa adanya
  3. Jangan Grasa Grusu Mengambil Tindakan
  4. Rajin Membaca dan Bertanya
  5. Mengetahui Apa yang menjadi KEBUTUHAN ANAK kita BUKAN KEBUTUHAN KITA
  6. Ikuti Terapi Pelan-Pelan
  7. Ingat untuk Mengambil Nafas




Terapi 

 Terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. 
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu. 

7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).





Daftar Pustaka:
www.autis.info

Andri Priytna: Amazing Autism: Memahami, Mengasuh dan Mendidik Anak Autis.ISBN: 978-979-27-8433-6

Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa: Konseling dan Psikoterapi. ISBN: 979-415-923-9